Brain rot
Sayang...
Malam ini aku ga nulis surat cinta dulu ya.
Aku juga gabisa lagi berdoa buat kamu.
Dunia sudah terlalu bising, sudah ga ada tempat untuk aku bisa merasa. Selain itu, sekarang aku udah ga ngerasa doain kamu itu penting.
Aku tidur dulu ya.
— Januari, 2025
***
Ada dua lagu Taylor Swift yang aku suka banget. The Lakes dari album Folklore dan I Hate it Here dari album The Tortured Poets Department. Dua lagu ini punya kesamaan, yaitu sama-sama soal mimpi Taylor pengen pergi ketempat ideal buat lari dari bisingnya dunia.
Aku suka banget sama lagu-lagu ini, mungkin karena aku juga punya rencana untuk kabur kemana aja yang jauh dari manusia modern.
Tapi aku ga berencana pergi sendiri. Makanya aku punya fantasi suatu saat ada laki-laki dengan emosi yang dalam menemukanku lewat salah satu karyaku, lalu kami menikah dan kami pergi ke pegunungan Himalaya atau ke Kutub Selatan atau Utara.
Supaya mimpi ini bisa terwujud, pertama-tama aku harus punya karya yang bagus dulu. Aku udah siap-siap untuk nulis, ini sekarang banget aku lagi duduk sambil natap layar laptopku.
Jujur agak susah untuk bisa nulis sesuatu yang menyentuh. Selain karena aku ga puitis, aku juga gapunya atribut penyair.
Aku ga punya kopi dimejaku. Ditanganku juga ga ada rokok yang bisa kuhisap, kuhembuskan, baru nafasku bakalan seirama dan akhirnya ada Ilham yang muncul dari sana.
Memang, menulis itu soal timing guys.
Biasanya dimalam-malam tertentu (dekat-dekat jadwal menstruasi) aku jadi lebih sensitif.
Kondisi hormonal ini kadang bikin lagu yang kudengar ga cuma sekedar kumpulan nada, tapi jadi sesuatu yang ngebebanin hatikuđź’”.
Nah, dimomen ini aku bisa mulai nulis semua uneg-unegku. Simpelnya begini, karena lebih sensitif, kosa kata puitis jadi lebih mengalir dikepalaku. Kadang aku sedikit kewalahan sama aliran kata-kata yang cepet banget. Tapi ini momen yang kutunggu-tunggu. Ini timingnya.
Sialnya, aku ngelakuin kesalahan.
Harusnya waktu timing-nya udah pas, aku langsung ambil pulpen dan buku.
Tapi aku malah buka Instagram dulu dan entah gimana ceritanya aku malah nge-scroll reels.
"Bombardilo Crocodilo, Ballerina Cappucina, Senorita Esspresona" — bukannya buat mahakarya luar biasa, aku malah gak sadar cekikikan nonton konten brainrot di reels. Sialan.
Gak kerasa udah dua jam scroll reels. Aku baru sadar, tadi kan aku mau nulis perasaanku?
Tapi aku udah lupa apa yang mau kutulis.
Aku coba buat ngingat lagi.
Sambil berpikir keras, aku berusaha ngembaliin lagi intensitas perasaanku beberapa jam yang lalu.
Yang terlintas di kepalaku justru nama-nama aneh dari konten brainrot sialan itu. Bahkan versi parodinya juga aku ingat:
"LIL LIL LIL BAHLIL."
Sialan.
Segampang itu sosial media ngedistraksi perasaanku yang intens tadi.
Semoga ini cuma terjadi di aku aja.
Kalau ini pengalaman universal, bukan cuma dinosaurus yang punah, tapi penyair juga.
Aku sudah gabisa merenung lagi. Aku sudah gabisa nulis atau merasa lagi.
Maka dari itu, maaf lagi ya sayang malam ini aku gabisa nulis surat cinta atau kata-kata mutiara buat kamu.
.jpeg)
Komentar
Posting Komentar