The missing part




Plato's Symposium, Anselm Feuerbach


 "Manusia adalah hermafrodit hingga Tuhan membelah mereka menjadi dua. 

Dan kini semua belahan itu mengembara didunia mencari satu sama lain."


Ribuan tahun lalu para intelektual berkumpul dalam suatu perjamuan. Socrates, Aristophanes, Alcibiades, dan banyak tokoh penting lainnya hadir untuk mendiskusikan konsep eros atau cinta.

Dalam perjamuan itu, mereka secara bergantian menyampaikan pidato tentang cinta. Dan tiba saat giliran Aristophanes memulai pidatonya.


"Dahulu kala, manusia tidak seperti sekarang ini, melainkan berbentuk bulat, dengan empat tangan, empat kaki, dan dua wajah yang menghadap ke arah yang berlawanan di satu kepala yang sama. Mereka memiliki dua alat kelamin, dan dapat berjalan tegak maupun berguling dengan cepat seperti roda. Ada tiga jenis manusia saat itu: laki-laki, perempuan, dan androgini, yang merupakan gabungan keduanya."

"Karena kekuatan mereka yang luar biasa, manusia menjadi sombong dan menantang para dewa. Zeus, yang khawatir dengan pemberontakan mereka, memutuskan untuk melemahkan mereka dengan membelah mereka menjadi dua. Setelah terbelah, masing-masing bagian merasa kehilangan pasangannya dan terus mencari separuh dirinya yang hilang. Ketika akhirnya mereka menemukan belahan jiwa mereka, mereka akan memeluk satu sama lain erat-erat, berusaha untuk kembali menjadi satu."

"Itulah sebabnya, sejak saat itu, setiap orang mencari belahan jiwanya, yaitu bagian dari dirinya yang telah terpisah."


Jujur, aku belum pernah baca buku filsafat sebelumnya (mungkin pernah kalau filosofi teras masuk dalam kategori buku filsafat) tapi karena ga sengaja baca kutipan diatas, aku jadi penasaran soal perjamuan ini dan baca simposiumnya.

Rasa penasaranku tentang "belahan jiwa" ini yang bikin aku mau ngehabisin berjam-jam untuk baca, translate, dan baca lagi simposium ini. 

Kalau sering ngehabisin waktu di TikTok, kemungkinan pernah terekspos sama konten-konten gagal move on yang suka nyebut Red  String Theory. Ituloh, cerita mitologi Tiongkok yang bilang "Ada benang tak kasat mata yang ngikat dua orang"

Konsep "belahan jiwa" ini bukan sesuatu yang asing buat kita. Konsep ini ada dalam banyak budaya, ga cuma dari Yunani dan Tiongkok.  Keliatannya konsep soal "belahan jiwa" ini memang universal ya. 

Gagasan ini punya inti yang sama bahwa kita (manusia) selalu ngerasa ada sesuatu yang hilang dari dalam diri kita dan kita terus berusaha nemuin bagian yang hilang itu untuk ngelengkapin kita.

Have you found your missing part?

Diera modern ini, nemuin "bagian yang hilang" itu mungkin lebih sulit buat sebagian orang. 
Udah jadi rahasia umum, kalau sekarang ini, bisa sekedar terkoneksi dengan sekitar adalah sesuatu yang mewah. Orang-orang saling dekat secara fisik tapi gapernah hadir secara emosional. 

Banyak pertanyaan yang ada dikepalaku.
Gimana kalau ternyata sebagian orang itu ga pernah nemuin bagiannya yang hilang? Apa itu bikin mereka jadi selamanya ga lengkap?



    





Komentar

Postingan Populer