Kelas Hari Ini

Sebenernya waktu masukin mata kuliah Etika dan Filsafat Komunikasi ke KRS, aku ngebayangin  bakalan ada agenda table manner ala-ala sambil fancy dinner kayak prodi sebelah. Aku ga nyangka kalo aku harus berfilsafat beneran. 

Walaupun semester ini belum habis, aku ngerasa matkul ini bakalan jadi salah satu favoritku. Ga cuma semester ini deh, tapi secara keseluruhan, setelah Ilmu Alamiah Dasar.

Kelas ini dibuka sama duet Pak Harry dan Pak Edo. Dua bapak ini bergantian nyeritain skenario-skenario dilema etis. Skenario pertama adalah trolley problem.
Setelah selesai bercerita, bapak-bapak ini nanyain pendapat kami, "Apa kalian akan memilih menyelamatkan 5 orang dan mengorbankan 1 orang atau membiarkan kereta membunuh 5 orang?"
 Kira-kira begitulah pertanyaannya. Jawaban kami bermacam-macam, argumennya pun bermacam-macam.

Entah dipertemuan kedua atau ketiga kami belajar outdoor. Hujan-hujanan sambil dengar skenario baru lagi dari Pak Harry. Skenario hari itu mirip sama salah satu scene di film In the Heart of The Sea, waktu pemburu paus terdampar ditengah laut dan harus makan daging dari salah satu teman mereka yang udah meninggal untuk bertahan hidup. Bedanya kalo di skenario pak Harry, si teman ini belum meninggal. Si teman masih hidup, sakit keras, terus teman-temannya yang lain mutusin buat bunuh dan makan dia. 
Kami ditanyain lagi tuh, perbuatan begitu benar atau salah? Responnya macam-macam.
📸: Farhan dan Dimmy
 

Aku dari pertemuan pertama selalu konsisten, menurutku ga seharusnya kita nganggap ngorbanin 1 orang demi orang yang lebih banyak sebagai sesuatu yang ✌🏻baik✌🏻.

Baru setelah pertemuan keempat dan kelima aku sadar kalau argumenku ngewakilin salah satu pandangan etis, yaitu libertarian.
Harusnya aku ga kaget sih dengan ke-liberal-an ini. Di momen ini aku jadi keingat salah satu memori paling indah di masa kecilku. Berenang telanjang dada di acara rekreasi PAUD. Anak-anak perempuan lain berenang pakai baju renang atau minimal kaus dalam. 
Waktu itu emang aku seharusnya ga berenang, bapak ga bawain baju renang dan baju ganti. Tapi, karena aku terus-terusan merengek, bapak suruh aku terjun pakai celana dalam aja biar bajunya bisa dipakai lagi untuk pulang. 
Pasti ke-liberal-an ini akibat bapak.

Aduh jadi kemana-mana bahasannya. 
OK Lanjut. 

Waktu itu aku menganggap argumen dan pandangan ku adalah yang paling baik. "Kenapa coba mau ngorbanin orang lain? Kenapa coba kita ngerasa berhak soal hidup orang lain?" 

 (ayo ucapkan bersama afirmasi positif ini "aku manusia bermoral")

Begitulah isi kepalaku waktu itu, sampai akhirnya aku dihadapkan ke situasi yang hampir bikin aku jadi manusia ga bermoral.

Jadi ga lama setelah pertemuan kedua/ketiga itu, aku turun untuk ngeliput demo bareng temen-temenku. First time banget itu ikut demo.


Long story short, sampailah kami dimomen massa  dipukul mundur dari gerbang DPR. Sebagai pemula, aku lumayan takut ngeliat massa mulai ancang-ancang buat lari. 
Aku nanya tuh ke Ekmal, "Mal, ini aman kah kita disini?" 
Ekmal, ketua kami menjawab "Aman dell, polisi gabakal ngincar kita, aku udah hapal gerak-gerik massa" 
Aku sih coba percaya sama Ekmal. Tapi aku tetep takut banget.

Lalu, massa berhamburan dan kami ga diposisi yang aman (menurutku). Ini kalo kita ketabrak, keinjak-injak gimana? 
Dan yap, massa lari ke arah kami. Aku panik banget. 
Saking paniknya, terlintas dipikiranku untuk ngedorong Ekmal ke arah massa biar aku ga ketabrak.

Ternyata, bener kata Ekmal. Aman aja. Kita ga ketabrak apalagi keinjak-injak.

Pulangnya, aku heran. Kemana ya moralitas yang ku pegang teguh dikelas-kelas etika pilsapat itu? Kok bisa ya kompas moral manusia tiba-tiba ga berfungsi waktu dia dalam keadaan panik atau terpojok?


Setelah kelas kelima dan keenam, esensi dari mata kuliah ini jadi semakin kerasa.
 Etika bukan cuma soal sopan santun, bukan cuma soal teriak "Benarrrr" "Salahhh" di skenario-skenario tadi. Tapi soal arti kemanusiaan buat kita. Mau saat keadaan pikiran kita jernih (ruang kelas) atau diambang hidup dan mati (dikerumunan massa).

Setiap mulai perkuliahan, dosen selalu ngejelasin seberapa urgent sih suatu matkul  untuk kami pelajari.

 Walaupun semua matkul urgent untuk kami pelajari, tapi ada beberapa yang rasanya berkesan dan membekas.

Salah satunya matkul etika pilsapat ini.
Pak Edo bilang hampir semua kehidupan kita diatur dengan dasar etika dan moral. Kayak aborsi, euthanasia dan masih banyak lagi. Makanya penting untuk belajar etika.

Menurutku, penting juga untuk kita sering-sering latihan dan ngecek kompas moral kita. Supaya kompasnya bisa kita andalin saat hidup ga ngasih kita waktu untuk berpikir kayak Immanuel Kant.


Sekarang kelas ini sudah diajar sama Bu Kadek dan mulai fokus ke bidang Komunikasi. Semakin seru dan semakin ga sabar untuk kelas-kelas selanjutnya.
Semoga ilmu yang diajarkan dengan penuh kekerenan ini bakalan bermanfaat untuk kami di masa depan.















Komentar

Postingan Populer